Indonesia

2021-04-16 17:59

IndustryAlasan Investasi Bodong Tumbuh Subur di Indonesia
Investasi bodong atau ilegal di Indonesia ibarat jamur di musim hujan, tumbuh subur. Padahal, korbannya sudah banyak, begitu juga dengan nominal dana masyarakat yang kemudian raib tanpa garansi.   Data Satgas Waspada Investasi (SWI) mencatat setidaknya ada 390 kegiatan investasi ilegal dan 1.200 fintech bodong yang ditutup sepanjang Januari 2020 sampai Februari 2021.   Sementara kerugian yang muncul dari investasi bodong ini mencapai Rp114,9 triliun pada periode 2011-2020, bukan jumlah yang sedikit.   Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengatakan ada satu alasan utama mengapa investasi bodong tumbuh subur di dalam negeri, yaitu karakter serakah dari sebagian masyarakat. Mereka ingin 'cuan' tanpa kerja keras.   “Karakteristik masyarakat kita perlu diakui ada yang serakah dan malas, mau dapat hasil banyak, tanpa kerja keras. Bisa dilihat, semua korban investasi bodong seperti itu, mau dapat uang dengan mudah, untung besar, tapi tidak pakai kerja keras,” kata Piter kepada CNNIndonesia.com, Rabu (14/4).   Alasan lain karena literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah. Saat ini, masih banyak yang belum tahu mana investasi yang benar-benar aman, mana yang rasional potensi keuntungannya, dan lainnya.   “Padahal mereka memiliki dana, tapi mereka tidak tahu sebaiknya menempatkan dana di mana yang aman, mereka tidak teredukasi,” imbuhnya.   Masalahnya, ada sebagian masyarakat lainnya yang punya karakter memanfaatkan mereka yang serakah dan malas ini. Maka dari itu, iming-iming yang diberikan mudah membuat tergiur dan membuat investasi bodong mudah diterima.   “Mereka tahu masyarakat kita banyak tidak punya informasi, pengetahuan, tapi punya dana, serakah mau untung 'gede' tanpa kerja keras, jadi mulailah diberi iming-iming. Bahkan korbannya pun ada yang profesor. Jadi ini bukan soal semata-mata mana yang teredukasi, tapi karena serakah juga,” terangnya.   Senada, Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho juga berpandangan demikian. Ada kecenderungan masyarakat ingin dapat uang cepat, sehingga memang ada demand (permintaan) dari masyarakat itu sendiri.   “Makanya kalau diiming-iming bisa dapat hasil sekian, tidak capek, tidak perlu kerja, dapat untung besar, orang kita suka tergiur dan ingin seperti itu, sehingga penggandaan uang yang seperti ini (investasi bodong) masih diterima,” kata Andy.   Padahal, menurut Andy, berbagai sosialisasi mengenai informasi produk investasi sejatinya sudah diberikan. Begitu juga perkembangannya di media sosial, media berita, dan lainnya.   Belum lagi, SWI terus merilis daftar investasi bodong di masyarakat. Lalu, menutup mereka. Sayangnya, mati satu tumbuh seribu, karena memang permintaannya masih ada di masyarakat.   “Kalau pun ada yang kurang dari regulator, mungkin lebih ke personel di lapangan, karena jumlahnya tidak sebanyak dengan investasi bodong yang bermunculan terus, mereka cepat,” tuturnya.   Begitu juga dengan penetrasi dari para pelaku penyedia instrumen investasi, mulai dari manajer investasi, bursa efek, hingga pemerintah. Menurut Andy, semuanya sudah memberikan informasi, tapi memang sebagian masyarakat lebih memilih investasi bodong yang memberi iming-iming luar biasa.   Padahal, menurut Andy, berbagai sosialisasi mengenai informasi produk investasi sejatinya sudah diberikan. Begitu juga perkembangannya di media sosial, media berita, dan lainnya.   Belum lagi, SWI terus merilis daftar investasi bodong di masyarakat. Lalu, menutup mereka. Sayangnya, mati satu tumbuh seribu, karena memang permintaannya masih ada di masyarakat.   “Kalau pun ada yang kurang dari regulator, mungkin lebih ke personel di lapangan, karena jumlahnya tidak sebanyak dengan investasi bodong yang bermunculan terus, mereka cepat,” tuturnya.   Begitu juga dengan penetrasi dari para pelaku penyedia instrumen investasi, mulai dari manajer investasi, bursa efek, hingga pemerintah. Menurut Andy, semuanya sudah memberikan informasi, tapi memang sebagian masyarakat lebih memilih investasi bodong yang memberi iming-iming luar biasa.   Keempat, cermati potongan pajaknya. Kelima, jangan taruh semua dana di satu investasi saja.   “Ada yang suka properti, dia beli rumah lima, kontrakan juga, tapi ini jangan sebaiknya,” pungkasnya.
Like 2
I want to comment, too

Submit

0Comments

There is no comment yet. Make the first one.

Dimas Alam
Brokers
Hot content

Industry

Event-A comment a day,Keep rewards worthy up to$27

Industry

Nigeria Event Giveaway-Win₦5000 Mobilephone Credit

Industry

Nigeria Event Giveaway-Win ₦2500 MobilePhoneCredit

Industry

South Africa Event-Come&Win 240ZAR Phone Credit

Industry

Nigeria Event-Discuss Forex&Win2500NGN PhoneCredit

Industry

[Nigeria Event]Discuss&win 2500 Naira Phone Credit

Forum category

Platform

Exhibition

Agent

Recruitment

EA

Industry

Market

Index

Alasan Investasi Bodong Tumbuh Subur di Indonesia
Indonesia | 2021-04-16 17:59
Investasi bodong atau ilegal di Indonesia ibarat jamur di musim hujan, tumbuh subur. Padahal, korbannya sudah banyak, begitu juga dengan nominal dana masyarakat yang kemudian raib tanpa garansi.   Data Satgas Waspada Investasi (SWI) mencatat setidaknya ada 390 kegiatan investasi ilegal dan 1.200 fintech bodong yang ditutup sepanjang Januari 2020 sampai Februari 2021.   Sementara kerugian yang muncul dari investasi bodong ini mencapai Rp114,9 triliun pada periode 2011-2020, bukan jumlah yang sedikit.   Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengatakan ada satu alasan utama mengapa investasi bodong tumbuh subur di dalam negeri, yaitu karakter serakah dari sebagian masyarakat. Mereka ingin 'cuan' tanpa kerja keras.   “Karakteristik masyarakat kita perlu diakui ada yang serakah dan malas, mau dapat hasil banyak, tanpa kerja keras. Bisa dilihat, semua korban investasi bodong seperti itu, mau dapat uang dengan mudah, untung besar, tapi tidak pakai kerja keras,” kata Piter kepada CNNIndonesia.com, Rabu (14/4).   Alasan lain karena literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah. Saat ini, masih banyak yang belum tahu mana investasi yang benar-benar aman, mana yang rasional potensi keuntungannya, dan lainnya.   “Padahal mereka memiliki dana, tapi mereka tidak tahu sebaiknya menempatkan dana di mana yang aman, mereka tidak teredukasi,” imbuhnya.   Masalahnya, ada sebagian masyarakat lainnya yang punya karakter memanfaatkan mereka yang serakah dan malas ini. Maka dari itu, iming-iming yang diberikan mudah membuat tergiur dan membuat investasi bodong mudah diterima.   “Mereka tahu masyarakat kita banyak tidak punya informasi, pengetahuan, tapi punya dana, serakah mau untung 'gede' tanpa kerja keras, jadi mulailah diberi iming-iming. Bahkan korbannya pun ada yang profesor. Jadi ini bukan soal semata-mata mana yang teredukasi, tapi karena serakah juga,” terangnya.   Senada, Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho juga berpandangan demikian. Ada kecenderungan masyarakat ingin dapat uang cepat, sehingga memang ada demand (permintaan) dari masyarakat itu sendiri.   “Makanya kalau diiming-iming bisa dapat hasil sekian, tidak capek, tidak perlu kerja, dapat untung besar, orang kita suka tergiur dan ingin seperti itu, sehingga penggandaan uang yang seperti ini (investasi bodong) masih diterima,” kata Andy.   Padahal, menurut Andy, berbagai sosialisasi mengenai informasi produk investasi sejatinya sudah diberikan. Begitu juga perkembangannya di media sosial, media berita, dan lainnya.   Belum lagi, SWI terus merilis daftar investasi bodong di masyarakat. Lalu, menutup mereka. Sayangnya, mati satu tumbuh seribu, karena memang permintaannya masih ada di masyarakat.   “Kalau pun ada yang kurang dari regulator, mungkin lebih ke personel di lapangan, karena jumlahnya tidak sebanyak dengan investasi bodong yang bermunculan terus, mereka cepat,” tuturnya.   Begitu juga dengan penetrasi dari para pelaku penyedia instrumen investasi, mulai dari manajer investasi, bursa efek, hingga pemerintah. Menurut Andy, semuanya sudah memberikan informasi, tapi memang sebagian masyarakat lebih memilih investasi bodong yang memberi iming-iming luar biasa.   Padahal, menurut Andy, berbagai sosialisasi mengenai informasi produk investasi sejatinya sudah diberikan. Begitu juga perkembangannya di media sosial, media berita, dan lainnya.   Belum lagi, SWI terus merilis daftar investasi bodong di masyarakat. Lalu, menutup mereka. Sayangnya, mati satu tumbuh seribu, karena memang permintaannya masih ada di masyarakat.   “Kalau pun ada yang kurang dari regulator, mungkin lebih ke personel di lapangan, karena jumlahnya tidak sebanyak dengan investasi bodong yang bermunculan terus, mereka cepat,” tuturnya.   Begitu juga dengan penetrasi dari para pelaku penyedia instrumen investasi, mulai dari manajer investasi, bursa efek, hingga pemerintah. Menurut Andy, semuanya sudah memberikan informasi, tapi memang sebagian masyarakat lebih memilih investasi bodong yang memberi iming-iming luar biasa.   Keempat, cermati potongan pajaknya. Kelima, jangan taruh semua dana di satu investasi saja.   “Ada yang suka properti, dia beli rumah lima, kontrakan juga, tapi ini jangan sebaiknya,” pungkasnya.
Like 2
I want to comment, too

Submit

0Comments

There is no comment yet. Make the first one.

Select Country/District
  • Hong Kong

    hk.wikifx.com

  • Taiwan

    tw.wikifx.com

  • United States

    us.wikifx.com

  • South Korea

    kr.wikifx.com

  • United Kingdom

    uk.wikifx.com

  • Japan

    jp.wikifx.com

  • Indonesia

    id.wikifx.com

  • Vietnam

    vn.wikifx.com

  • Australia

    au.wikifx.com

  • Singapore

    sg.wikifx.com

  • Thailand

    th.wikifx.com

  • Cyprus

    cy.wikifx.com

  • Germany

    de.wikifx.com

  • Russia

    ru.wikifx.com

  • Philippines

    ph.wikifx.com

  • New Zealand

    nz.wikifx.com

  • Ukraine

    ua.wikifx.com

  • India

    in.wikifx.com

  • France

    fr.wikifx.com

  • Spain

    es.wikifx.com

  • Portugal

    pt.wikifx.com

  • Malaysia

    my.wikifx.com

  • Nigeria

    ng.wikifx.com

  • Cambodia

    kh.wikifx.com

  • Italy

    it.wikifx.com

  • South Africa

    za.wikifx.com

  • Turkey

    tr.wikifx.com

  • Netherlands

    nl.wikifx.com

  • United Arab Emirates

    ae.wikifx.com

  • Colombia

    co.wikifx.com

  • Argentina

    ar.wikifx.com

  • Belarus

    by.wikifx.com

  • Ecuador

    ec.wikifx.com

  • Egypt

    eg.wikifx.com

  • Kazakhstan

    kz.wikifx.com

  • Morocco

    ma.wikifx.com

  • Mexico

    mx.wikifx.com

  • Peru

    pe.wikifx.com

  • Pakistan

    pk.wikifx.com

  • Tunisia

    tn.wikifx.com

  • Venezuela

    ve.wikifx.com

Hong Kong
※ The content of this website abides with local laws and regulations.
You are visiting the WikiFX website. WikiFX Internet and its mobile products are an enterprise information searching tool for global users. When using WikiFX products, users should consciously abide by the relevant laws and regulations of the country and region where they are located.
consumer hotline:006531290538
Official Email:support@wikifx.com;
Mobile Phone Number:234 706 777 7762;61 449895363
Telegram:+60 103342306
Whatsapp:+852-6613 1970;+44-7517747077
License or other information error corrections, please send the information to:qawikifx@gmail.com
Cooperation:3313198376@qq.com