Dolar AS & Euro Naik, Ukraina-Rusia Gelar Perundingan tapi Konflik Belum Berakhir

　　Dolar AS bergerak naik pada Kamis (10/03) pagi di Asia, sementara euro mempertahankan sebagian besar kenaikan semalam. Yang terakhir telah membukukan lompatan harian paling besar dalam hampir enam tahun setelah pertemuan antara Menteri Luar Negeri Ukraina dan Rusia, dan sentimen investor juga membaik lantaran harga minyak sempat turun.

　　Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang lainnya naik 0,23% di 98,175 pada pukul 10.20 WIB.

　　Pasangan USD/JPY naik 0,29% ke 116,16. Rupiah menguat 0,30% di 14.301,5 per dolar AS hingga pukul 11.53 WIB.

　　Pasangan AUD/USD turun tipis 0,08% ke 0,7317 dan NZD/USD turun 0,18% menjadi 0,6825.

　　Pasangan USD/CNY naik tipis 0,04% ke 6,3202 sedangkan GBP/USD turun tipis 0,17% di 1,3156.

　　European Central Bank (ECB) akan mengumumkan keputusan kebijakan hari ini dan investor melihat bagaimana invasi Rusia ke Ukraina akan berdampak pada kebijakan moneter.

　　Euro berada di $1,1047 setelah naik 1,6% pada hari Rabu, hari terbaik mata uang tunggal ini sejak Juni 2016. Saham Eropa juga menguat pada hari Rabu, sementara obligasi mengalami aksi jual. Euro jatuh ke $1,0804, level terendah 22 bulan, awal pekan ini akibat berkembangnya kekhawatiran mengenai dampak invasi pada pemulihan ekonomi Eropa.

　　“Sekilas di seluruh pasar, dalam segala hal khususnya zona euro, bisa membuat pengamat biasa dimaafkan karena berasumsi bahwa perang di Ukraina mungkin telah berakhir dalam semalam. Tapi tidak begitu, sayangnya,” Analis NAB menerangkan dalam catatan.

　　Catatan itu mengaitkan kenaikan euro dengan beberapa optimisme menjelang pertemuan antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan mitranya dari Ukraina Dmytro Kuleba. Pertemuan itu adalah yang pertama antara keduanya sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

　　Laporan juga merujuk pada laporan bahwa Uni Eropa tengah membahas penerbitan obligasi untuk membiayai belanja energi dan pertahanan, serta “kecurigaan ECB kemungkinan tidak sepenuhnya membalikkan 'kecenderungan hawkish' awal Februari ketika bertemu hari ini, mengingat bahwa inflasi ditakdirkan akan terus naik akibat lonjakan terbaru harga energi.”

　　Minyak mengalami penurunan terbesar dalam hampir dua tahun, setelah anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu (OPEC+) Uni Emirat Arab mengatakan akan mendukung peningkatan produksi. Ini akhirnya memberi dolar Australia dorongan.

　　Terkait data, AS akan merilis indeks harga konsumen pada hari Jumat. Ini akan menjadi catatan, dengan Federal Reserve AS bersiap untuk menyerahkan keputusan kebijakannya pada minggu depan. Bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam keputusannya.