Ikhtisar: Bayang-bayang tapering off dan kenaikan suku bunga berpotensi membuat pergerakan rupiah di akhir tahun ini dan tahun depan stabil tetapi cenderung melemah. Mengutip Bloomberg, Senin (30/8), rupiah masih mampu bergerak menguat 0,33% ke Rp 14.370 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah Federal Reserve pada simposium Jackson Hole, Sabtu (28/8), mengumumkan akan tetap melakukan tapering off di tahun ini.
Bayang-bayang tapering off dan kenaikan suku bunga berpotensi membuat pergerakan rupiah di akhir tahun ini dan tahun depan stabil tetapi cenderung melemah. Mengutip Bloomberg, Senin (30/8), rupiah masih mampu bergerak menguat 0,33% ke Rp 14.370 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah Federal Reserve pada simposium Jackson Hole, Sabtu (28/8), mengumumkan akan tetap melakukan tapering off di tahun ini.
Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana memproyeksikan rupiah di akhir tahun berpotensi ditutup melemah di level Rp 14.600 per dolar AS. Proyeksi tersebut sama dengan Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak stabil di kisaran Rp 14.200 dolar AS hingga Rp 14.600 per dolar AS untuk tahun 2021 dan 2022.
Menurut Fikri, sentimen negatif datang dari proyeksi The Fed akan melakukan tapering off di November atau Desember. “Saat tapering AS terjadi biasanya akan terjadi sell off di pasar keuangan dalam negeri, begitu pun investor domestik akan mengikuti langkah investor asing dalam merespons tapering off,” kata Fikri, Senin (30/8).
Fikri memandang dengan BI membiarkan rupiah terdepresiasi ke Rp 14.600 dolar AS, aktivitas ekspor akan terdorong dan membawa pertumbuhan ekonomi domestik. Tapi, pelemahan rupiah akibat respons pelaku pasar terhadap tapering off AS di akhir tahun hanya akan terjadi sementara.
Fikri memproyeksikan di awal 2022 rupiah berpotensi kembali menguat ke sekitar Rp 14.400 dolar AS. Sementara itu, rupiah berpotensi kembali melemah hingga akhir 2022 di rentang Rp 14.600 dolar AS-Rp 14.800 dolar AS karena sentimen lanjutan peningkatan suku bunga AS.
Sedangkan, Presiden Komisaris HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo memproyeksikan di akhir tahun ini rupiah tetap stabil di kisaran Rp 14.500 per dolar AS. Namun, tetap level tersebut melemah dari posisi rupiah saat ini.
Sutopo memandang rupiah masih mampu bergerak stabil meski cenderung melemah karena didukung dari distribusi vaksin dalam negeri yang sudah mencapai 28% untuk dosis pertama dan 15% untuk dosis keuda per Senin (30/8). “Indonesia berada di urutan keempat secara global dalam jumlah yang telah divaksin, ini merupakan hal baik bagi pemulihan ekonomi,” kata Sutopo.
Selain itu, Sutopo menilai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berhasil untuk menurunkan angka penularan. Jika perkembangan vaksin terus naik dan penyebaran virus terus menurun, Sutopo memproyeksikan aktivitas ekonomi akan cepat pulih dan nilai tukar rupiah berpotensi stabil.
“Bagaimana pun dukungan stimulus pemerintah belum akan berkurang begitupun dengan stimulus AS,” kata Sutopo.
Penyebaran varian delta Covid-19 juga berdampak pada sikap The Fed pada pengurangan pembelian aset. Powell juga menegaskan mereka akan berhati-hati menilai data ekonomi dan bank sentral akan terus mendukung kondisi keuangan yang akomodatif bahkan setelah pembelian aset berakhir.
“Tapering off memang akan tetap AS lakukan tetapi hingga saat ini waktunya belu tahun kapan masih menunggu data non pertanian di Agustus,” kata Sutopo.
Setelah sempat naik ke arah $1,800 di $1,796, pada minggu lalu, harga emas gagal meneruskan kenaikan menembus $1,800, akibatnya berbalik turun kembali ke $1,783 per troy ons karena menguatnya yields treasury AS akibat munculnya data inflasi AS yang sesuai dengan yang diperkirakan dan yang diikuti dengan berbalik menguatnya dollar AS.
Dolar AS melemah pada Rabu (13/10) pagi di Asia tetapi tetap bertahan di dekat level tertinggi satu tahun seiring meningkatnya spekulasi bahwa Federal Reserve AS akan mengumumkan dimulainya pengurangan aset pada November 2021, diikuti oleh potensi kenaikan suku bunga pada pertengahan tahun 2022.
Harga emas sempat turun ke kerendahan selama 6 minggu di $1,721 karena naik tingginya yields AS, namun berhasil naik kembali ke $1,753 pada awal minggu. Mengakhiri minggu ini, harga emas bertahan di $1,757 dengan melemahnya dollar AS dan munculnya laporan NFP AS yang mengecewakan.
Emas tergelincir pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), tertekan oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan selera terhadap aset-aset berisiko, ketika para investor terus memposisikan diri untuk kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan oleh Federal Reserve AS.
FOREX.com
Sedang DiregulasiFXTM
Sedang DiregulasiDBG Markets
Sedang DiregulasiIC Markets
Sedang DiregulasiEightCap
Sedang DiregulasiTickmill
Sedang DiregulasiFOREX.com
Sedang DiregulasiFXTM
Sedang DiregulasiDBG Markets
Sedang DiregulasiIC Markets
Sedang DiregulasiEightCap
Sedang DiregulasiTickmill
Sedang DiregulasiFOREX.com
Sedang DiregulasiFXTM
Sedang DiregulasiDBG Markets
Sedang DiregulasiIC Markets
Sedang DiregulasiEightCap
Sedang DiregulasiTickmill
Sedang DiregulasiFOREX.com
Sedang DiregulasiFXTM
Sedang DiregulasiDBG Markets
Sedang DiregulasiIC Markets
Sedang DiregulasiEightCap
Sedang DiregulasiTickmill
Sedang Diregulasi